Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

MUSIM DURIAN DAN NATAL DI NIAS

Oleh: Fikar Damai S. Gea .

Natal telah tiba! Berbagai pernak-pernik natal kini dapat kita temukan dimana-mana. Pusat-pusat perbelanjaan dipenuhi dengan produk-produk bernuansa natal. Berbagai macam jenis hadiah dan kado natal juga tersedia dengan berbagai bentuk dan ukuran. Tak ketinggalan juga di rumah-rumah dipasang pohon natal, lampu warna-warni dan aksesoris natal lainnya. Lagu-lagu natal juga berkumandang dimana-mana. Acara demi acara natal digelar dimana-mana dari gedung-gedung mewah hingga acara perayaan natal di komunitas bahkan di lingkungan RT/RW. Semua orang mengambil bagian untuk merayakan natal, tak satu orang pun yang mau ketinggalan untuk menikmati sukacitanya.

Di Kepulauan Nias, kemeriahan natal juga tidak hanya ditandai dengan kemeriahan lagu-lagu dan pernak-pernik natal. Namun, satu hal lagi yang menambah semaraknya natal di Nias adalah musim durian. Loh, apa hubungannya? Berikut ini akan dijelaskan apa hubungannya.

Duria Orudua

Di Nias setidaknya ada tiga kali musim durian; di awal tahun, tengah tahun dan akhir tahun seperti yang sekarang bersamaan dengan natal. Tak heran jika di Nias musim durian tidak pernah berakhir, setelah musim awal tahun selesai berganti dengan musim tengah tahun dan seterusnya. Tentu saja masing-masing musim berasal dari wilayah yang berbeda-beda yang tersebar diseluruh Pulau Nias. Jadi, tidak terlalu berlebihan jika Nias didaulat sebagai daerah tujuan wisata buah durian di Sumatera Utara.

Salah satu kearifan lokal yang masih tumbuh dan berkembang di Pulau Nias sehubungan dengan durian adalah adanya kebiasaan kumpul bersama seluruh anggota keluarga pada saat panen durian. Kebiasaan ini tentunya tidak berlaku pada semua pohon durian. Namun, hanya untuk pohon durian yang sudah ditetapkan sebagai “Duria Orudua”.

Duria Orudua merupakan sebuah ketetapan oleh Orang Tua dulu dimana salah satu pohon durian ditetapkan sebagai pohon durian milik bersama. Duria Orudua ini tidak diwariskan kepada salah satu anggota keluarga, melainkan menjadi milik bersama. Uniknya adalah bila salah satu pohon durian telah ditetapkan sebagai Duria Orudua maka tak satu pun dari anggota keluarga besar boleh mengambil/memanen buah durian dimaksud tanpa sepengetahuan seluruh keluarga. Bahkan jika itu terjadi, bisa menjadi sumber pemasalahan antar anggota keluarga. Karena tindakan seperti itu mengindikasikan adanya sikap tidak saling menghargai atau tidak adanya kekompakkan antar anggota keluarga.

Jadi, apabila seluruh keluarga tidak dapat kumpul bersama pada saat Duria Orudua sedang musim berbuah maka atas persetujuan bersama diberikan kewewenangan kepada salah satu anggota keluarga untuk memanennya agar tidak mubazir. Intinya adalah saling menghargai dan tetap terjalin komunikasi yang baik diantara seluruh keluarga besar. Berdasarkan Kamus Li Niha Nias-Indonesia* kata “Orudu” artinya berkumpul. Jika ditambahkan imbuhan “a” pada akhirannya maka berarti berkumpul/bergabung secara bersama-sama. Jadi, sangatlah jelas tujuan dari orangtua dulu menetapkan salah satu pohon durian sebagai Duria Orudua adalah sebagai sarana bagi seluruh anggota keluarga untuk dapat berkumpul bersama-sama.

Teringat suatu kali di keluarga besar kami di Kecamatan Alasa, Nias Utara (tepatnya keluarga besar dari pihak Ibu saya) berkumpul bersama pada saat salah satu Duria Orudua keluarga kami sedang musim berbuah. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari Ibu saya, Duria Orudua di keluarga besar kami ini sudah lama ditetapkannya. Jika dihitung sampai pada angkatan kami, maka Duria Orudua ini telah berusia empat generasi.

Dan ternyata informasi itu saya pikir memang benar adanya, karena keluarga besar yang terkumpul lebih dari lima puluh orang. Ada keluarga yang datang dari Lahewa, dari Humene Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, dari Hiliduho, dari Namohalu, dan masih banyak lagi serta keluarga dari Alasa tentunya yang mendominasi. Tapi, yang saya perhatikan adalah seluruh keluarga mengutus salah satu dari anggota keluarganya untuk hadir. Bahkan ada keluarga yang baru ketemu pada saat itu. Coba kalau tidak ada momen Duria Orudua itu tidak bakalan kenal jikalau itu adalah saudara.

Waktu itu kami berkumpul di rumah salah seorang dari Paman saya (Ono Bazia’a). Satu lagi informasi yang saya dapat dari Ibu adalah bahwa biasanya acara keluarga ini saling bergantian keluarga yang mengkoordinirnya tiap tahun.

Setelah saya perhatikan, ternyata acara ini tidak hanya mengurus masalah durian rupanya. Durian hanyalah sebuah simbol atau tepatnya hanyalah sarana untuk berkumpul bersama seluruh keluarga besar. Paman yang mengkoordinir acara ini telah menyuruh orang (tukang panjat) untuk mengambil durian Duria Orudua dan membawanya ke rumah. Justru yang sibuk dengan durian itu hanyalah anak-anak. Apa yang dilakukan oleh para orang tua? Acaranya sudah diatur; ada doa bersama, ada makan bersama dan ramah tamah. Disinilah kesempatan seluruh anggota keluarga bercerita. Disana ada banyak hal yang diceritakan.

Cerita tentang rencana pernikahan anak, rencana membangun rumah, rencana sekolah anak-anak, cerita tentang anak-anak yang sudah sukses. Cerita tentang permasalahan-permasalahan juga ada, sakit penyakit, permasalahan anak-anak, masalah tentang perekonomian keluarga bahkan utang-piutang dan masalah sengketa pun tidak luput terungkap dalam pembahasan. Berbagai cerita-cerita lucu juga ada. Rencana kegiatan-kegiatan sosial juga dibahas disini. Semua serba kompleks. Seluruh keluarga saling menguatkan, saling memberi solusi, saling memotivasi dan saling berbagi. Luar biasa!

Itulah salah satu pengalaman pribadi saya tentang berkumpul bersama anggota keluarga besar di saat musim panen durian Duria Orudua. Duria Orudua menjadi sarana yang mempersatukan seluruh anggota keluarga untuk saling berbagi suka (keberhasilan, kesuksesan, kebahagiaan) maupun duka (penderitaan, permasalahan, sakit-penyakit). Ditambah lagi ketika musim buah Duria Orudua bertepatan dengan masa natal, akan lebih semarak lagi karena momen ini akan dijadikan momen natal keluarga.

Nah karena sudah berbicara masa natal, berikut ini akan dijelaskan pula tentang natal. Untuk mendapatkan benang merahnya kita akan membahas tentang konteks natal yang pertama sekali di Betlehem.

Reuni Akbar Penuh Damai dan Kasih di Betlehem

Peristiwa kelahiran Yesus Kristus atau yang kita kenal dewasa ini sebagai “Natal” merupakan sebuah reuni akbar penuh damai dan kasih di Betlehem! Pada waktu itu semua orang kembali ke kampung halamannya untuk mendaftarkan diri pada sensus penduduk yang diselenggarakan oleh Kaisar Agustus.

Cerita lengkapnya seperti berikut. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan**.

Inilah konteks natal untuk pertama kali di Betlehem yaitu sebuah momen dimana semua orang kembali ke kampung halamannya. Sehingga tak jarang orang dewasa ini mempunyai tradisi yang sudah diterapkan dari tahun ke tahun untuk merayakan natal bersama anggota keluarga. Karena, masa natal menjadi waktu yang sangat istimewa untuk menikmati waktu bersama seluruh anggota keluarga dan saling berbagi hadiah dan kado natal.

Natal atau lebih tepatnya kelahiran Yesus selalu menjadi alasan untuk bersuka cita. Tak seorang pun yang mau melewatkan masa natal dengan kesedihan, kekecewaan atau keputus-asaan, tetapi semua orang berharap yang terbaik. Karena kelahiran Yesus dalam hati semua umat yang percaya akan membawa keselamatan, pelepasan dan sukacita yang luar biasa.

Kado Natal Untuk Nias

Merujuk pada dua pemahaman di atas tentang duria orudua dan natal, setidaknya ada satu persamaan antara keduanya yakni bahwa semua orang berkumpul bersama (kembali ke kampung halamannya) berharap adanya sukacita, pelepasan dan keselamatan atas segala permasalahan hidup mereka. Yang selama ini terbelenggu dengan berbagai permasalahan ekonomi, terbelenggu permasalahan sakit penyakit, terbelenggu permasalahan keluarga dan anak-anak, terbelenggu permasalahan ketertinggalan suatu daerah, terbelenggu permasalahan korupsi, terbelenggu permasalahan kemiskinan, terbelenggu permasalahan pendidikan, dan ada banyak hal yang membutuhkan pembebasan dan pelepasan.

Ada momen duria orudua atau ada masa natal yang memfasilitasi semua pihak untuk dapat berkumpul bersama untuk saling berbagi kasih, berbagi cerita dan berbagi solusi akan semua permasalahan yang ada. Sesungguhnya itu adalah kado natal yang sangat diharapkan untuk Kepulauan Nias di tahun ini.

Datalau khōda duria orudua ba ŵandu ande!

Semua pihak dituntut untuk kembali ke kampung halamannya di Nias, duduk bersama untuk mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di Nias saat ini.

Ibarat anak-anak yang sedang menantikan kado natal dari orang tua mereka, begitu juga banyak masyarakat yang menggantungkan harapannya untuk mendapatkan kado; kebebasan dari kemiskinan, kebebasan dari buta huruf, kebebasan dari ketidakberdayaan, kebebasan dari mahalnya biaya kesehatan dan biaya pendidikan. Kerinduan akan jalan-jalan yang dapat dilalui kendaraan, kerinduan akan masuknya jaringan listrik, kerinduan akan ketersediaan fasilitas air bersih, kerinduan masyarakat Nias agar Kepulauan Nias bebas dari korupsi, kerinduan akan kemajuan, kerinduan akan kesejahteraan, kerinduan akan kemakmuran, kerinduan untuk menjadi sebuah provinsi, dan masih banyak jenis kado lainnya yang diharapkan oleh masyarakat.

Ya! Itulah kado natal yang diharapkan oleh banyak masyarakat di Kepulauan Nias. Dengan semangat kebersamaan (duria orudua) dalam kasih dan damai (natal) semua harapan dan kerinduan itu bisa tercapai. Selamat Natal 2013!

* Lihat Lase, Apolonius, Kamus Li Niha Nias-Indonesia, 2011, hlm. 241.

** Diadaptasi dari Kisah Kelahiran Yesus dalam Injil Lukas 2:1-7.

Comments

  1. Momen tertentu (musim durian, Natal) merupakan alat/ sarana untuk berkumpul. sampai saat ini ada yg pulang ke nias dan rela mengeluarkan biaya besar hanya untuk makan durian. demikian juga dengan Natal. yang perlu dipelihara, adalah kebersamaan tadi. kerinduan untuk bersekutu. tentu yang telah mempersatukan kita, kasih Yesus...

    ReplyDelete
  2. Sangat setuju Bang Berkat. Hanya karena Kasih Yesus kita semua di persatukan. Karena dalam Yesus kita bersaudara. Memang yang kita harapkan adalah momen-momen ini dapat kita manfaatkan untuk senantiasa saling bersatu, saling berbagi, saling memotivasi satu dengan yang lainnya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*