Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

Oleh: Fikar Damai Setia Gea**

A.      PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
Sejak konsep komunikasi pembangunan berkembang dan diterapkan di Indonesia, sudah berbagai cara dan metode telah dilakukan agar program-program pembangunan dapat sampai dan dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat. Misalkan saja, metode komunikasi pembangunan yang dipergunakan dalam rangka difusi inovasi pertanian kepada masyarakat petani di Indonesia, baik dengan cara menggunakan media massa (tv, radio, surat kabar), komunikasi personal dan kelompok langsung ke tengah-tengah masyarakat maupun dengan  penyuluhan langsung. Namun, apa yang terjadi ialah sepertinya permasalahan-permasalahan terkait dengan kemiskinan akibat sangat minimnya hasil produksi pertanian tidak ada akhirnya.
Jika diperhatikan secara sepintas, sebenarnya penerapan komunikasi pembangunan di Indonesia khususnya dan di negara-negara dunia ketiga umumnya telah berjalan dengan baik sesuai dengan konsep awal dari komunikasi pembangunan itu sendiri. Akan tetapi, justru beberapa ahli komunikasi pembangunan justru memperdebatkan hal ini karena konsep komunikasi pembangunan di Indonesia masih belum bergeser dari pengaruh paradigma dominan pembangunan yang berideologis kapitalis (Dilla, 2010:127).
Perspektif dominan merupakan sebuah gambaran model komunikasi pembangunan yang sebelumnya telah berhasil diuji di negara-negara barat dan model dimaksud juga ingin diterapkan di negara-negara sedang berkembang/negara dunia ketiga (Harun, et. al, 2011: 109). Model pengembangan ini menggarisbawahi kepentingan pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi, modal dan teknologi mesin yang intensif, struktur top-down dari wewenang ekonom yang berkuasa dan perilaku tertentu yang mempengaruhi antarindividu. Dengan konsep atau perspektif dominan ini peranan media massa menjadi sangat penting dalam upaya menginformasikan berbagai hal terkait dalam hal mempercepat dan menggerakkan jarak yang lambat dari transformasi sosial.
Dalam kenyataannya, penerapan komunikasi pembangunan tidak hanya ditentukan oleh sebuah pesan tentang pembangunan yang dikemas dengan baik menjadi satu bentuk informasi yang komunikatif dan disampaikan kepada masyarakat dengan menggunakan media massa. Apakah dengan cara itu proses komunikasi pembangunan sudah berhasil dan tujuan dari komunikasi pembangunan itu berhasil? Ternyata permasalahannya tidak sesederhana itu.
Sebagai contoh ialah seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Saleh dan Hadiyanto di Kabupaten Ogan Ilir tentang hambatan komunikasi yang dialami oleh peternak sapi disana. Ternyata terdapat banyak faktor yang menyebabkan sebuah pesan dapat sampai dan akan mudah dilaksanakan di lapangan. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi sebuah pesan pembangunan akan diterima atau tidak ditengah-tengah masyarakat. adapun beberapa kendala itu adalah: karakteristik individu peternak (usia, pendidikan rendah, pendapatan rendah, pengalaman rendah, dan kekosmopolitan, serta pengetahuan yang rendah) diindikasikan berpengaruh terhadap hubungan antar personal dalam merespon lingkungan di luar sistim sosialnya dan berpengaruh dalam adopsi inovasi (Saleh, et, al. 2010: 31).
Faktor lain yang mempengaruhi ialah bagaimana aktifitas komunikasi dalam kelompok yang dilakukan oleh komunikator. Beberapa hal penting dalam aktifitas komunikasi ini adalah intensitas komunikasi, metode komunikasi, pencarian informasi, keterlibatan dalam kelompok dan arah informasi. Selain itu faktor-faktor lain yang menghambat komunikasi pembangunan adalah prinsip-prinsip awal yang memang sudah dipegang oleh masyarakat yaitu dapat berupa harapan yang ingin dicapai, perbedaan kebutuhan, prasangka, perhatian dan keakraban yang masing-masing individu dan kelompok masyarakat berbeda-beda (Saleh, et, al. 2010: 32).
Dengan demikian, untuk menyukseskan peran komunikasi pembangunan tidak hanya dengan berpatokan pada perspektif dominan yang selama ini dipegang teguh oleh para ahli dan banyak negara. Bukan berarti tidak baik atau salah akan tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menentukan berhasil tidaknya sebuah pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Media massa memang merupakan media yang sangat dominan dalam penyampaian informasi karena memiliki potensi efek yang sangat luar biasa. Begitu juga dengan percepatan pembangunan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu saja itu sangat berdampak signifikan. Namun, penting untuk diketahui ialah bagaimana karakter sosial dan budaya dimana sosialisasi tentang pembangunan atau difusi inovasi diterapkan.
Kondisi Indonesia dengan heterogenitas yang sangat tinggi, baik dilihat dari usia, budaya, pengalaman, kesadaran akan teknologi, nilai-nilai kearifan lokal yang masih sangat kuat, tingkat pendidikan, dan masih banyak faktor lainya yang sangat mempengaruhi dalam penerapan komunikasi pembangunan. Maka, untuk tu perlu diurai apa saja hambatan-hambatan dalam komunikasi pembangunan dan apa solusi-solusinya sehingga komunikasi pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia lebih efektif, efisien dan berhasilguna.

2.        Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
a.         Apa saja kendala dan hambatan komunikasi pembangunan di Indonesia?
b.         Apa solusi dalam pelaksanaan komunikasi pembangunan di Indonesia?

3.        Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kendala dan hambatan komunikasi pembangunan di Indonesia selama ini dan mencoba memberikan gambaran tentang solusi dalam komunikasi pembangunan di Indonesia sehingga lebih efektif, efisien dan tepat guna.

B.       KENDALA DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
1.        Hegemoni Paradigma Dominan
Penerapan komunikasi dalam upaya pembangunan dari masa ke masa mengalami pasang surut sebagai akibat pengaruh kekuatan besar yang bergejolak sehingga terjebak pada posisi ketergantungan, baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya. Akibat pengaruh paradigma dominan pembangunan, seringkali pengkajian mendalam terhadap aspek-aspek sosial budaya masyarakat bukan suatu keharusan. Perencana pembangunan yang diwakili penguasa dan penerima manfaat pembangunan dalam hal ini masyarakat berjalan sendiri-sendiri. Kegagalan pembangunan di berbagai bidang yaitu disebabkan kajian komunikasi pembangunan diletakkan dalam pendekatan komunikasi yang bersifat linier dan top-down. Konsep ini mereduksi pemikiran dan konsep komunikasi yang diharapkan mampu melakukan transfomasi ide, pikiran, sikap dan perilaku masyarakat secara dua arah.
Tehranian (dalam Dilla, 2010:129) mengemukakan tiga tinjauan teoritis tentang pengaruh paradigma dominan pembangunan terhadap konsep komunikasi pembangunan di Negara-negara Dunia ketiga, yaitu pertama, melihat pembangunan hanya sebagai proses pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan pembangunan. Pembangunan ditujukan untuk meningkatkan penghasilan dan pendapatan masyarakat. Namun tidak diperhatikan apakah pembangunan tersebut untuk seluruh masyarakat atau hanya segelintir masyarakat tertentu saja. Kedua, rasionalisasi yaitu hanya menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat abstrak dan rasio, dan ketiga, proses pembangkitan kesadaran sejarah dan identitas diri yang autentik sebagai daya motivasi dalam rangka proses revolusi dominasi dan eksploitasi. Dengan demikian mengakibatkan banyak kemiskinan, kelaparan dan kesengsaraan.
Dalam konsep paradigma dominan, media massa menjadi senjata utama dalam komunikasi pembangunan karena diyakini mampu mempercepat penyebaran informasi dengan jangkauan yang sangat luas dan memiliki efek yang sangat luar biasa. Karena itu oleh beberapa ahli, komunikasi pembangunan sering didefinisikan dengan konsep yang hapir sama dengan komunikasi massa. Menurut Peterson (dalam Dilla, 2010:115), komunikasi pembangunan adalah usaha yang terorganisir untuk menggunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum berlansung dalam Negara sedang berkembang. Quebral (dalam Dilla, 2010:115) komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Widjaja A. W, Hawab dan ASrsyik (dalam Dilla, 2010:115) mengartikan komunikasi pembangunan sebagai komunikasi yang berisikan pesan-pesan pembangunan. 
Komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara, teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengkomunikasikan pembangunan kepada masyarakat agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan suatu bangsa.
Secara prinsipil memang media massa memiliki pengaruh yang siginifikan dalam menyebarlauaskan informasi. Menurut Schram (dalam Dilla, 2010:122) mengemukakan peranan media massa dalam pembangunan adalah : (1) menyampaikan kepada masyarakat informasi tentang pembangunan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan. (2) memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil baik secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, juga memperluas ruang dialog agar melibatkan semua pihak, dan (3) mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan mulai orang dewasa hingga anak-anak.
Dalam kondisi ini masyarakat diterpa oleh media massa sudah tentu. Artinya secara kognitif memberikan pemahaman baru, pembelajaran baru ataupun kesadaran baru kepada masyarakat tentang sebuah program pembangunan kepada masyarakat. Akan tetapi,  dari sisi afektif yaitu perasaan, emosi dan sikap dan dari sisi konatif yaitu perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu tidak dapat dijamin. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan karakter, budaya, cara berpikir, penerimaan terhaap sesuatu yang barudan juga nilai-nilai kearifan lokal yang dengan sangat kuat mengikat individu atau kelompok masyarakat tertentu.

2.        Kendala dan Hambatan Teknis Komunikasi
Kegagalan pemerintah dalam komunikasi pembangunan dinilai masyarakat dari adanya beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:
a.         Minimnya informasi, komunikasi dan sosialisasi dari pemerintah.
b.        Media lebih sibuk melakukan pencitraan dan dramatisasi.
c.         Pemerintah bertindak sebagai pelaku dan pemeran pembangunan secara sepihak tanpa melibatkan pihak lain.
Dalam beberapa jurnal pembangunan juga disebutkan bahwa kendala yang dihadapi masyarakat (bidang pertanian hortikultura melalui media massa) adalah kurangnya informasi pertanian hortikultura, juga masih belum mencukupinya isi berita tentang peluang pasar domestik maupun luar negeri. Disamping itu sirkulasi atau keterlambatan terbit media lokal juga menjadi kendala informasi pembangunan bidang pertanian hortikultura melalui media massa, karena media lokal umumnya terbit per satu bulan sekali (Pandia, 2006, hal 56).
Setiap kegiatan komunikasi tentu mengharapkan komunikasi yang efektif. Akan tetapi kita tidak dapat menyangkal bahwa, setiap komunikasi belum tentu akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tentu saja terdapat berbagai kendala dan hambatan dalam berkomunikasi. Apalagi komunikasi pembangunan dengan segala macam kompleksitasnya. Dalam hal ini kita akan melihat komunikasi pembangunan yang tercermin dalam komunikasi massa. Kita perlu memahami hambatan yang ada dalam komunikasi untuk mengantisipasinya agar tujuan komunikasi kita tercapai (Ardianto, 2007, hal 89-101).
a.         Hambatan Psikologis
-          Kepentingan. Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan stimulus yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan tidak hanya mempenagruhi perhatian tetapi juga daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku.
-          Prasangka. Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Persepsi akan menjadi prasangka yang menetap dalam diri seseorang. Dalam prasangka terdapat emosi yang memaksa untuk menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran yang rasional sehingga akan timbul penilaian negatif dan tidak objektif.
-          Stereotip. Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif. Jika komunikatornya orang batak berarti ia berwatak keras.
-          Motivasi. Motif merupakan alasan-alasan, penggerak atau dorongan dalam diri manusia berbuat sesuatu.semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, makan semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
b.        Hambatan sosio-kultural
-          Aneka etnik. Keanekaragaman etnik atau budaya dapat menjadi hambatan dalam komunikasi, karena masing-masing budaya terkadang memiliki pemahaman tersendiri akan sesuatu.
-          Perbedaan norma sosial. Ini mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat pengawas secara sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
-          Kurang menguasai bahasa. Masih adanya masyarakat Indonesia yang belum menguasai bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Untuk di daerah terpencil tentu harus dipakai bahasa yang mereka bisa mengerti.
-          Faktor semantik. Komunikator bisa saja salah dalam pengucapan kata karena berbicara terlalu cepat. Serta adanya perbedaan makna dan pengertian untuk kata atau istilah yang sama. Selain itu, juga terdapat perbedaan makna atau arti kata karena pengertian konotatif yaitu arti sebuah kata dapat berbeda karena latar belakang dan pengalaman seseorang.
-          Pendidikan belum merata. Terdapatnya kesenjangan pendidikan antara desa terpencil dan perkotaan, ada yang berpendidikan tinggi dan ada yang berpendidikan rendah sehingga daya nalarnya tentu berbeda dalam menafsirkan suatu informasi.
-          Hambatan mekanis. Adanya kerusakan sebagai akibat cuaca buruk, mesin cetak yang rusak atau sinyal yang tidak bagus. 
c.         Hambatan interaksi verbal
-          Polarisasi. Kecendrungan melihat dunia dalam bentuk lawan kata yang mengelompokkan manusia, objek dan kejadian dalam lawan kata misalnya kawan-lawan, baik-buruk, positif-negatif.
-          Orientasi intensional. Kecendrungan melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Jika komunikatornya cantik atau ganteng, maka komunikan akan memperhatikan dan sebaliknya, jika komunikatornya tidak menarik secara visual maka komunikan akan mengabaikannya.
-          Evaluasi statis. Kecendrungan memberi kesan pertama dan meyakininya selamanya. Jika komunikator pertama kali dilihat memberikan materi yang kurang bagus dan cara berkomunikasinya juga tidak bagus, maka untuk seterusnya kita tidak akan pernah suka melihat si komunikator tadi untuk bahasan atau bentuk komunikasi lainnya. Padahal mereka juga bisa belajar dan berubah ke arah yang lebih baik di masa mendatang.
-          Indiskriminasi. Ini terjadi bila komunikan memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadiandan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik/khas dan perlu diamatai secara individual. Indiskriminasi hampir mirip dengan stereotip.

C.      SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
1.        Pentingnya Memahami Konsep Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi dikatakan efektif apabila menimbulkan efek yang diharapkan dari komunikan. Dan itu hanya bisa terjadi bila komunikator mengenal secara benar siapa komunikannya. Karena salah satu prinsip utama dari komunikasi ialah bahwa komunikasi hanya bisa terjadi bila terjadi pertukaran pengalaman yang sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (Cangara, 2014: 23).
Dalam melakukan proses komunikasi pembangunan di Indonesia yang efektif ialah bahwa komunikator, baik pemerintah, NGO, kelompok bahkan individu dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan sebelumnya diwajibkan untuk mengenal siapa komunikannya (masyarakat sasaran). Dengan mengenal masyarakat sasaran akan menciptakan kesamaan pengalaman (sharing similar experiences). Dengan demikian diharapkan ada sikap saling menerima antara kedua belah pihak.
Secara keseluruhan, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat heterogen yang dapat dilihat dari berbagai aspek, baik dari sisi budaya, sosial dan cara bergaul dalam masyarakatnya. Oleh karena itu menjangkau masyarakat Indonesia harus memahami kaidah emas komunikasi yaitu simpati dan empati.
Simpati adalah menempatkan diri secara iamjinatif dalam posisi orang lain. Dalam penerapan komunikasi pembangunan, komunikator harus berpikir dan merasa seperti dalam situasi yang sama dengan masyarakat yang dijadikan komunikan. Misalnya ialah ketika sebuah inovasi yang ingin kita sebar kepada sebuah kelompok masyarakat, hal utama ialah kenali mereka dengan baik. Dengan bersimpati dengan mereka maka komunikator mengetahui cara berpikir mereka dan hal-hal apa saja yang dapat membuat mereka menerima sebuah perubahan. Tahapan selanjutnya adalah menentukan media apa yang cocok untuk digunakan.
Empati adalah berada pada posisi orang lain. Empati dapat juga diartikan sebagai simpati yang mendalam. Jadi pada tahapan ini sebenarnya antara komunikator dan komunikan memiliki kadar kesamaan pengalaman yang relatif tinggi. Dalam komunikasi pembangunan kita sering mengenal pendekatan ini seperti seorang penyuluh/pendamping pertanian yang tinggal langsung di tengah-tengah masyarakat, merasakan pergumulan mereka, mengenal karakter mereka, memahami budaya mereka dan hal-hal lain tentang masyarakat. selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi rill di lapangan itu untuk dijadikan rekomendasi dalam memiih cara komunikasi pembangunan yang efektif dilakukan.

2.        Pentingnya Memahami Konsep Ruang Sosial
Ciri khas pembangunan di Indonesia ialah penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan aspek kepuasan batiniah, yang tidak terdapat pada pengertian pembangunan di negara-negara lain (Effendi, 2011:90). Faktor keselarasan tersebut secara implisit mengandung makna keserasian dan keseimbangan.
Jadi, dalam penerapan komunikasi pembangunan di Indonesia tidak dapat dipandang hanya dalam satu segi saja. Namun harus dengan konsep ruang sosial yang lebih luas. Ada sisi budaya dan mentalitas yang harus ditembus dalam mengkomunikasikan pembangunan. Sebagai bahan pertimbangan, Koentjaraningrat (dalam Effendi, 2011:91) mengemukakan kelemahan-kelemahan mentalitas masyarakat Indonesia daam pembangunan yaitu:
a.       Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang terpengaruh oleh atau bersumber pada sistim nilai budaya sejak beberapa generasi yang lalu.
b.      Konsepsi-konsepsi, pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan yang baru timbul sejak Zaman Revolusi yang tidak bersumber dari sistim nilai budaya.
Kedua konsep ini tentu  saja telah mengalami perubahan setelah era modernisasi di Indonesia. Disamping nilai-nilai budaya, pemikiran-pemikiran pasca era revolusi dewasa ini masyarakat Indonesia telah dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dalam rangka komunikasi pembangunan kepada masyarakat Indonesia setidaknya harus mampu memahami kondisi realitas masyarakat dari sisi kebudayaan, cara berpikir masyarakat tentang apa itu perubahan, apa itu pembangunan dan apa itu sebuah kemerdekaan dan terakhir ialah sejauhmana masyarakat telah terkontaminasi dan menjadi pengguna dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi ke depan dalam merencanakan sebuah komunikasi pembangunan tidak bisa hanya ditinjau dari satu aspek saja. Misalkan, permasalahan kemiskinan tidak dapat diukur hanya dengan pendapatan masyarakat saja, tetapi bisa juga dilihat dari sisi ekonomi, hukum, sosial, keamanan dan lain sebagainya. Maka dalam hal inilah berkembanglah konsep ruang sosial. Ruang sosial (social space) adalah ruang pertemuan atau ruang terbentuknya semua perilaku sosial dari suatu masyarakat. Disebut ruang sosial karena ruang ini dihasilkan oleh interaksi sosial antara manusia, interaksi antar personal, kelompok, maupun interaksi personal dengan kelompok maupun masyarakat. Konsep ruang sosial dikembangkan oleh Donald Black.
Menurut Donald Black (Liliweri, 2014:66), dalam ruang sosial ditemukan lima dimensi, yaitu:
1.        Dimensi normatif, yaitu dimensi yang berisi norma-norma yang dijadikan sebagai instrumen kontrol sosial terhadap perilaku orang-orang dalam ruang sosial tesebut.
2.        Dimensi vertikal, yaitu dimensi yang menggambarkan perbedaan distribusi kesejahteraan sosial yang diukur melalui kekayaan material dari orang-orang yang ada dalam ruang sosial tersebut.
3.        Dimensi pengusahaan, yaitu dimensi yang menggambarkan berbagai kumpulan kemampuan orang-orang yang dapat bekerja atau bertindak secara kolektif dalam suatu organisasi.
4.        Dimensi horizontal, yaitu dimensi yang menggambarkan berbagai derajat distribusi relasi antara individu dengan orang-orang lain dalam ruang sosial itu, yang melahirkan keakraban, integrasi sosial, kohesi dan solidaritas sosial.
5.        Dimensi simbolis, yaitu dimensi yang menggambarkan perbedaan jumlah, isi serta kualitas kebudayaan suatu masyarakat.
Pandangan Donald Black mengenai ruang sosial tersebut sangat membantu kita menganalisis perilaku sosial, bukan semata-mata bersumber dari satu sudut pandang keilmuan saja, namun menganalisisnya dari kerja sama antardisiplin ilmu.
  
3.        Strategi Baru Komunikasi Pembangunan
            Beberapa peran baru komunikasi pembangunan yang dianggap telah keluar dari perspektif dominan dan perlu dikembangkan dalam penerapan komunikasi pembangunan di Indonesia (Dilla, 2010:132-148) adalah:
a.       Komunikasi dan Pengembangan Kapasitas Diri
Strategi komunikasi dalam pengembangan kapasitas diri unsur utamanya adalah partisipasi, sosialisasi, mobilisasi, kerja sama dan tanggung jawab diantara individu - kelompok dalam perencanaan pembangunan. Upaya pengemangan kapasitas diri dimaksudkan untuk memberikan pencerahan, penguatan, dan pemberdayaan masyarakat dalam menggali, meningkatkan, dan meningkatkan potensi dan kemampuan mereka. Dengan demikian penekanannya ditekankan pada aliran informasi dab pesan yang bersifat bottom-up atau komunikasi horizontal diantara masyarakat. masyarakat harus berdiskusi bersama, mengidentifikasi kebutuhan, keinginan dan harapan termasuk memutuskan tindakan mereka. Selanjutnya memilih dengan informasi dan media komunikasi paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan mereka.
Peran utama komunikasi dalam berbagai upaya pembangunan diri adalah:
                 i.            Menyediakan informasi teknis tentang berbagai masalah dan kemungkinan pembangunan, serta berbagai inovasi yang tepat untuk menjawab berbagai permintaan lokal.
               ii.            Menyebarkan informasi tentang pencapaian-pencapaian pembangunan diri dari kelompok-kelompok lokal sehingga kelompok lain dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman kelompok lainnya dan dapat menjadi motivasi untuk mencapai pencapaian serupa.

b.      Memanfaatkan Media Rakyat (Folk Media) dalam Pembangunan
Penggunaan media rakyat sebagai media alternatif yang relevan bagi pembangunan didasari beberapa alasan, diantaranya: pertama, minimnya pengetahuan dan keterampilan, kedua status sosial ekonomi rendah, ketiga, kemampuan baca tulis yang kurang, dan keempat mayoritas masyarakat pedesaan irrasional.
Tujuan dari penggunaan media rakyat yaitu, membangun hubungan kedekatan, pengikat/transaksi sosial, pengakuan/ pengahargaan identitas diri, dan penghilangan pembatasan anatara sistem tradisionl dan modern. Tema yang bisanya berkeembang dalam media rakyat menyangkut ekspresi hidup, keteladanan, simbol-simbol, ritual, cita-cita budaya, value (baik dan buruk). Dalam tema tersebut disisipkan ide pembangunan. Melalui media rakyat segala ide, gagasan, dan inovasi pembangunan diceritakan dan disesuaikan dengan bentuk media yang ada. Dengan begitu ide pembangunan dan produk - produk kebudayaan lokal masyarakat dapat saling mengisi.
Banyak media rakyat yang fleksibel dan berfungsi sebagai model komunikasi persuasif, di mana pesan-pesan modern mendesak audiensnya untuk membatasi ukura anggota mereka, hidup secaa harmonis dengan para tetangga, dan menjalani hidup yang lebih sehat. Kegunaan media rakyat diutamakan untuk kepetingan hiburan, komunikasi sosial, dan aktivitas religius karena media rakayat merupakan perluasan dari budaya lokal, maka media-media tersebut dianggap sebagai penggerak yang akan menahan sikap-sikap modern dan pola sikap, serta memperkuat nilai-nilai budaya dari komunitas yang bersangkutan.

c.       Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Media Rakyat
Pembangunan menggunakan media rakyat perlu diperhatikan terkait isu krusial. Isu krusial yang ada adalah menyiapkan pesan-pesan yang berorientasi pada pembangunan tentang isi sebuah media rakyat. Ranganath menyatakan karakter -karekter dalam bentuk media rakyat harus didasarkan pada kategori bentuk, isi tematis, fleksibilitas, dan konteks kebudayaan.
Isu krusial yang berhubungan dengan integrasi anatara media rakyat dengan media massa. Hal ini akan memberikan informasi dan hiburan pada media massa dan bagi media rakyat sebagai penyebaran geografis secara luas, namun bila dalam penggunaan integrasi ini tidak tepat bisa membahayakan kedua media tersebut.

d.      Menyempitkan Ruang Pemisah Melalui Redudansi
Media dapat meningkatkan dan menyempitkan kesenjangan sosial-ekonomi melalui informasi yang dapat diakses . Untuk bisa menyempitkan jurang pemisah sosial - ekonomi dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat dalam proses penyebarannya. Pertama, masyarakat yang berpengetahuan rendah dikategorikan terbelakang dalam akses informasi. Kedua, isi pesan dibuat sederhana dan mudah dimengerti oleh komunikan, bentuk kosakatanya disederhanakan, dan sumber-sumber yang kredibilitas tinggi setidaknya komunikan dapat mengerti isi pesannya selayaknanya digunakan. Ketiga, daya tarik dan penyajian informasinya disesuaikan dengan kondiri para komunikan, sehingga seandainya komunikannya perpengetahuan lebih rendah mereka dapat mengejar kemampuan mereka untuk mengimbangi yang lebih tinggi.

e.       Menganggulangi Bias Pro-Literacy
Bias pro-literasi muncul akibat kekeliruan dalam menafsirkan sumber komunikasi yang memposisikan komunikannya sebagai seseorang yang memiliki keahlian terhadap pesan yang disampaikan. Pembangunan tidak akan berhasil jika mengabaikan hal ini, maka dari itu perlu adanya strategi penanggulangan para komunikan illiterate yaitu dengan mengkomunikasikan melalui pendidikan formal dan informal. Strategi ini diterapkan dengan memadukan ide pembangunan dan inovasi pada masyarakat sesuai level pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat pedesaan dan perkotaan sehingga semua kalangan bisa mendapatkan keuntungan dari pembangunan.

f.       Memaksimalkan Peran Komunikator Sebagai Agen Pembangunan
Agen perubahan atau pembangunan dalam konteks ini adalah orang atau kelompok yang berpendidikan dan terampil untuk melakukan perubahan sosial (social changes) memberi pesan mengenai informasi pembangunan melalui saluran atau media secara terencana, sistematis, sinergi, dan terintegrasi.
Fungsi agen pembangunan untuk mendidik, mempersuasif, menyampaikan ide-ide baru (inovasi) kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, wawasan dan cita-cita menuju pada suatu perubahan sikap, tingkah laku dan metal masyarakat.
Posisi agen pembangunan ada dua, yaitu orang dalam (insiders) dan orang luar (outsiders). Peran orang dalam dan orang luar dalam kegiatan pembanguan berpengaruh pada keberhasilan diterima atau ditolaknya suatu ide, gagasan, atau inovasi yang diberikan. Peran agen perubahan dari orang dalam biasanya lebih diterima karena lebih mengetahui seluk-beluk karakteristik masyarakat setempat sehingga mempermudah usaha mempersuasi dalam penerimaan ide pembangunan, walaupun tidak menutup kemungkinan agen pembangunan dari orang luar bisa merubah dan memasukkan ide pembangunan ke masyarakat tersebut.
g.      Menyusun Pesan Berorientasi Audiens
Tugas penting bagi agen pembangunan yang mengarahkan tujuannya pada masyarakat adalah memotivasi, menggerakkan, mengajak audiens menjadi bagian penting dari proses komunikasi. Para audiens di ajak berkomunikasi menggunakan simbol dan bahasa yang dapat dipahami bersama dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat sebagai penerima pesan.

h.      Memanfaatkan Jasa Teknologi Komunikasi
Memanfaatkan jasa teknologi komunikasi pada perubahan sosial sangat membantu kegiatan komunikasi pembangunan. Penerapan tekonogi komunikasi pada kegiatan pembangunan diantaranya: penyiaran televisi, perekam video maupun kaset, telepon, komputer, komunikasi satelit, tele-konferensi, audio - konferensi dan teknologi baru dalam komunikasi “Cyber communication” atau komunikasi dunia maya. Untuk memanfaatkan perkembangan ini perlu dibutuhkan kearifan dan kebijakan semua pihak yang ikut terlibat, termasuk dampak yang ditimbulkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elfinara dan Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi – Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Dilla, Sumadi. 2010. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung: Sembiosa Rekatama Media.
Effendy, Onnong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Harun, Rochajat dan Elvinaro Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pandia, Idawati. 2009. Opini Publik Mengenai Peran Media Lokal Dalam Pembangunan Bidang Pertanian Hortikultura. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. Volume 10 No. 1, April 2009.
Saleh, E. Rosana, A. Dan Hadiyanto. 2010. Hambatan-hambatan Komunikasi yang Dirasakan Peternak dalam Pembinaan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Ogal Ilir. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Februari 2010, Vol. 08, No. 1 (hal 27-41)




Sebuah mini paper pada mata kuliah Komunikasi Pembangunan – 2016.
** Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Andalas

Comments

Popular posts from this blog

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*