Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

Think Right

Ada satu kejadian lucu dan unik yang sering saya temui jika sedang mengendara dalam perjalanan. Seseorang yang mengendarai motor persis di belakang sebuah mobil.

Setelah saya perhatikan, ada tiga momen mengesankan dari kejadian ini. Pertama; waktu itu ada seorang pemuda sedang membawa motor. Dia tidak sendiri tetapi bersama dengan dengan seorang temannya. mereka berkendara dengan jarak satu meter di belakang sebuah mobil. Awalnya baik-baik saja, mobil terus berjalan dengan lancar dan mereka pun mengikuti dari belakang bahkan dengan asyiknya ngobrol berdua di atas motor. Namun, tiba-tiba mobilnya berhenti. Karena mereka sedang asyik ngobrol lampu sein kiri mobil tidak sempat diperhatikan. Alhasil, mereka pun menabrak mobil yang di depan mereka itu.

Kedua; seorang Bapak mengendarai sebuah motor dan juga mengendara persis di belakang sebuah mobil. Awalnya baik-baik saja, mobil dan motor yang dibelakangnya berjalan dengan lancar. Lama-lama kecepatan mobil berkurang dan mulai berjalan dengan perlahan. Ternyata sang supir sedang mencari-cari sebuah alamat. Tapi lucunya, Bapak tadi dengan setia mengekor di belakang mobil. Setelah sang supir menemukan alamat yang dia cari mobilnya pun dia hentikan. Si Bapak pun terkejut karena dia hampir menabrak mobil yang didepannya. Dia baru sadar kalau dari tadi dia terus mengikuti mobil yang didepannya. Lalu dengan kesal dia mengambil sikap untuk mendahului.

Kejadian ketiga ialah seorang Ibu mengendarai motor dengan kasus yang sama mengendara persis dibelakang sebuah mobil. Seperti biasa awalnya berjalan dengan lancar. Tetapi, tiba-tiba mobil berbelok ke kiri lalu si Ibu pun mengikuti mobil itu dengan setia. Setelah mengekor beberapa meter si Ibu baru sadar, ehhh ternyata arah yang dia tuju salah. Akhirnya dia pun putar balik dan kembali ke jalur awal melanjutkan perjalanan.
Peristiwa ini memang sederhana dan sepele. Tetapi jika kita renungka ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil.

Tiga peristiwa di atas kasusnya sama. Mereka mengendarai motor persis dibelakang sebuah mobil. Awalnya memang berjalan dengan lancar. Namun, seketika mobilnya berhenti atau berbelok arah semuanya berujung pada kejadian yang mengesalkan dan memalukan. Mengapa?

Jika mengendara dengan karak yang sangat dekat dengan mobil didepan kita, jarak pandang kita kurang. Badan mobil yang besar menutupi jarak pandang kita secara utuh kedepan. Bahkan ketika lampu sein kiri atau kanan mobil menyala tidak sempat diperhatikan karena jarak yang terlalu dekat. Sehingga kendaraan yang mengekor pun kehilangan kendali dan kehilangan arah.

Inilah sebuah gambaran jika seseorang berada dibelakang bayang-bayang seorang pemimpin. Dia akan menjadi orang yang tidak bebas untuk berbuat sesuatu, berada dibawah kendali dan tekanan atasan dan bisanya hanya manggut-manggut dan mengekor. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang sukar keluar dari zona nyaman dan aman mereka. Karena mereka sudah cukup puas dengan apa yang diberikan oleh atasan mereka. Apa jadinya? Mereka ini akan dibentuk menjadi orang yang berwawasan sempit dan tidak mampu untuk berkreatifitas.

Untuk keluar dari problema ini solusinya adalah Think Right.

Jika diibaratkan orang yang sedang mengendara dibelakang sebuah mobil, Think Right berarti arahkan kendaraanmu sedikit ke arah kanan dan cari peluang serta ancang-ancang untuk mendahului. Berada di belakang bayang-bayang seorang penguasa bukanlah hal yang baik dan menyenangkan serta itu bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai berbagai tujuan. Jadi, kita harus berbelok dan keluar dari ikatan itu.

Think Right juga dapat diartikan berpikir dengan bebas. Menjadi manusia seutuhnya ialah menjadi manusia yang hidup dengan bebas untuk berkreasi tanpa ada tekanan, pengaruh, intervensi dan dominasi dari pihak manapun. Manusia yang berpikir dengan bebas ialah manusia yang berani keluar dari zona nyaman dan amannya untuk membuat sebuah terobosan menuju kebaikan umat manusia.

Comments

Popular posts from this blog

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*