Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

Strada Double Guard pun Slip

Peringatan HUT RI ke 65 tahun 2010 memberikan kesan dan pengalaman yang menarik buat saya. Bersama dengan teman-teman dalam sebuah organisasi kemanusiaan kristen yang sedang beroperasi di Nias ramai-ramai berkunjung ke Desa Hiligawoni Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara untuk menyelenggagarakan Pesta 17-an bersama anak-anak dan masyarakat disana. Acaranya dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2010 sehari sebelum peringatan detik-detik Proklamasi yang difokuskan di ibukota kecamatan.

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya semua acara berjalan dengan baik dan lancar. Anthusiasme anak-anak dan masyarakat juga kami rasakan sangat luar biasa. Semua anak sekolah dan guru SD Negeri Hiligawoni mengikuti seluruh kegiatan dengan sangat anthusias. Begitu juga dengan masyarakat desa. Mereka datang dengan penuh sukacita. Bahkan ada yang sengaja meninggalkan pekerjaan sehari-harinya sebagai petani untuk mengikuti acara ini. Mungkin tanggal 16 dan 17 Agustus tahun ini merupakan dua hari libur istimewa buat para petani di Desa Hiligawoni untuk merayakan hari kemerdekaan. Kesemuanya ini dipertegas oleh Kepala Desa Hiligawoni dalam sambutannya yang menyambut acara ini dengan penuh sukacita. Kegiatan kali ini merupakan yang perdana dilaksanakan di Desa mereka. Karena sebelumnya perayaan kemerdekaan RI selalu diselenggarakan di Ibukota Kecamatan. Sungguh acara yang sangat luar biasa dan sangat mengesankan.

Selain tentang perayaan 17-an ada satu hal lagi yang ingin saya ceritakan buat pembaca sekalian. Hal ini diluar dari konsep acara namun menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam keseluruhan rangkaian perjalanan kami ke Desa Hiligawoni. Dalam perjalanan pulang kembali ke Kota Gunungsitoli salah satu mobil yang kami tumpangi slip dengan ban depan dan belakang sebelah kiri terbenam kedalam lumpur. Sungguh peristiwa yang sangat tidak menyenangkan.

Dari kantor di Kota Gunungsitoli kami berangkat dengan 4 mobil dan diikuti dengan beberapa motor. Jarak antara Kota Gunungsitoli dengan Desa Hiligawoni sekitar 50 km. Untuk mencapai ke lokasi kegiatan kami harus melalui jalan yang rusak dan berlumpur sekitar 5 km. Desa Hiligawoni merupakan dataran rendah dengan kondisi tanah yang labil sehingga sulit untuk dilalui. Ditambah lagi jalannya yang sudah sangat parah yang belum mengalami pengerasan jalan. Tiba dalam keadaan baik di lokasi tanpa mengalami masalah di awal perjalanan merupakan hal yang sangat luar biasa dan disyukuri oleh tim. Walaupun akhirnya pada perjalanan pulang kembali ke Gunungsitoli hal buruk yang sudah diprediksi oleh tim akhirnya terjadi juga. Mobil strada double guard pun slip.

Mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 20.30 WIB kami bergelut dan berlumpur ria untuk mengeluarkan mobil dari dalam lumpur bersama dengan warga setempat serta 2 mobil strada lainnya yang siap untuk menarik mobil tersebut dengan tali. 4,5 jam! Ya, 4,5 jam kami berjuang dalam pergulatan yang sangat menguras tenaga itu. Kondisi ini pun semakin bertambah parah dengan cuaca sore hari itu hujan.

Peristiwa ini sangat menarik bagi saya. Karena dalam perjalanan kami sebelumnya dengan kondisi jalan separah apa pun mobil strada itu jarang mengalami slip karena mobil diperlengakapi dengan double guard. Sehingga saya sangat heran dengan kejadian ini, kok bisa?

Setelah saya perhatikan, memang kejadian ini sangat wajar terjadi. Setelah diguyur oleh hujan lebat sekitar beberapa jam badan jalan - yang masih terbuat dari tanah dengan parit di kiri dan di kanan jalan untuk menghindari genangan air - menyerap air yang banyak sehingga badan jalan makin lama makin lembek dan berlumpur. Sehingga dapat mengakibatkan beban berat yang ada di atasnya terbenam ke dalam.

Walaupun perjuangan kami dalam perjalanan ini begitu lama dan keras, namun hal itu tidak membuat kami menyesal, patah semangat dan putus asa.

Setelah saya kembali di rumah dan merenungkan kembali kisah perjalanan kami itu, ada pelajaran berharga yang dapat saya petik di dalamnya yaitu “Pentingnya landasan yang Benar dan Kuat”.

Ketika landasan atau dasar kehidupan atau iman kita tidak dalam kondisi yang benar-benar kuat, maka hidup kita akan terus diombang-ambingkan oleh situasi dan lingkungan di sekitar kita. Dan beban yang menimpa kita tidak dapat kita angkat sehingga membuat kita jatuh dan terperosok ke dalam lumpur kehidupan kita sendiri.

Itulah yang kami alami dalam perjalanan di Desa Hiligawoni. Karena badan jalan belum mengalami pengerasan, maka keras tidaknya jalan ditentukan oleh cuaca saat itu. Seandainya cuaca baik maka jalanpun keras dan dapat dilalui, tetapi jika cuaca buruk lagi hujan lebat maka jalan pun ikut melembek dan berlumpur dan tidak bisa dilewati dengan mulus. Landasan yang tidak kuat tidak dapat menahan beban yang berat yang ditimpakan kepadanya. Ban mobil yang telah terbenam di dalam tanah sangat sulit untuk dikeluarkan. Bahkan dengan kekuatan double guard pun mobil itu tak dapat keluar dari lumpur. Semakin di upayakan untuk keluar bahkan ditarik dengan 2 mobil lainnya pun masih saja tak menghasilkan apa-apa. Justru semakin ditarik ban mobilnya semakin terperosok dan tertanam semakin dalam ke dalam tanah.

Itulah kehidupan dengan iman yang tidak benar dan kuat. Ketika keadaan lagi baik, mulus tanpa ada hambatan, tantangan dan permasalahan maka rasanya kehidupan ini sangat luar biasa, aman, nyaman dan penuh dengan ucapan syukur. Namun dikala kehidupan dalam permasalahan, tantangan, rintangan dan cobaan maka maka hidup kita pun jatuh dan terperosok ke dalam permasalahan itu sendiri. Mengapa? Karena tidak ada satu pun landasan atau dasar yang kuat yang dapat menangkal berbagai permasalahan dan beban yang sangat berat menjadi lebih sederhana dan mudah untuk diselesaikan. Mungkin juga ketika kita sedang dalam permasalahan lalu menyelesaikan permasalahan ini sendiri tanpa menyerahkan permasalahan itu kepada seseorang yang dapat membantu dan dapat memberikan kelegaan kepada kita. Ingat kata-kata Yesus dalam Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.

Oleh karena itu, mari kita perkokoh dan perkuat iman kita di dalam Yesus Kristus yang mampu memberikan kepada kita kelegaan dalam setiap beban dan permasalahan hidup kita. Karena hanya nama Yesuslah satu-satunya landasan hidup yang benar dan kuat.

Comments

Popular posts from this blog

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*