Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

CAMPAIGN FOR A LIFETIME

Minggu-minggu terakhir menjelang Pemilu legislatif, ajang kampanye untuk mempromosikan diri dan partai semakin gencar.


Tak jarang kita sering mendengar dan membaca kalimat atau frasa, berikut ini:

"Mohon doa restu dan dukungannya!"

"Mari raih dan sukseskan!"

"Bergabunglah bersama kami!"

"Kami siap mengabdi dan melayani rakyat."

"Pilih calon yang telah terbukti dan bersih."

"Mari melanjutkan perjuangan ini!"

Dan mungkin masih banyak lagi kalimat-kalimat himbauan dan ajakan untuk mencari dukungan di Pemilu nanti.

Sejak jadwal kampanye bergulir Juli 2008, berbagai kegiatan kampanye banyak dilakukan oleh berbagai partai, juga organisasi kemasyarakat yang mendukung calon legislatif ataupun partai tertentu. Terlepas dari legal tidaknya sebuah kampanye, berbagai cara, gaya dan kreatifitas dari tim sukses dikeluarkan untuk menarik perhatian masyarakat.




Berbagai bentuk kampanye yang banyak dilakukan sekarang sangat beragam, mulai dari cara yang lama (jadul version) sampai dengan cara baru (hitech).

Beberapa bentuk kampanye yang banyak ditemukan sekarang ialah, seperti:

Memasang Baliho dan bendera partai, mencetak baju partai, sticker, poster, selebaran, balon, pin, topi, gelang, memasang iklan di mobil-mobil, membuat kalender, dan masih banyak lagi.







Ada juga yang memanfaatkan teknologi seper
ti:
Iklan di media massa seperi koran, majalah, televisi, internet (friendster, face book dan membuka web site sendiri), ada juga yang berkampanye lewat sms serta membuka base camp.





Tak jarang juga cara berkampanye yang lucu, unik dan kreatif.

Pertanyaannya ialah apakah semua usaha ini akan berhasil?

Total jumlah dapil DPR pemilu 2009 sebanyak 77 dapil dengan jumlah kursi keseluruhan 560 kursi. Dengan jumlah 34 parpol peserta pemilu, berarti akan ada sekitar 22.848 caleg atau bertambah sekitar empat kali lipat dari jumlah caleg 2004.Artinya ialah bahwa kemingkinan atau peluang untuk menjadi anggota DPR RI sangat-sangat kecil sekali. Berdasarkan jumlah tersebut diatas maka rasio keterpilihan satu calon legislatif untuk menduduki kursi DPR RI ialah hanya 0.024 atau sekitar 2%. Begitu juga hal nya dengan perebutan kursi DPD dan DPRD, kemungkinannya sangat kecil.

Masih adakah harapan besar bagi calon anggota legislatif untuk berhasil menduduki kursi DPR RI? Biarlah ini menjadi pekerjaan rumah para anggota legislatif untuk lebih keras dan serius lagi mempromosikan diri.

Namun situasi dan kondisi ini bisa menjadi pembelajaran buat kita. Satu pembelajaran penting yang dapat ditarik dari kasus ini ialah bahwa menarik perhatian masyarakat tidak hanya dilakukan pada saat kampanye saja. Akan tetapi harus dilakukan seumur hidup. "Campaign for a lifetime"

Begitu banyaknya pilihan membuat masyarakat bingung untuk memilihnya. Masyarakat tentu saja memberikan dukungan kepada orang-orang yang telah banyak berbuat kepada masyarakat. Bahkan ada yang golput karena tidak punya landasan untuk memilih. Masyarakat Indonesia dewasa ini hampir semua melek politik. Janji-janji palsu dan berbagai rayuan tidak akan serta merta dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan pilihan. Masyarakat sekarang membutuhkan bukti nyata, bukan janji. Hal terjadi karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap para wakil rakyat yang pernah duduk di DPR.

Mari kita belajar dari masa kampanye ini.
Bahwa menjadi idola rakyat berarti kita harus berbuat terlebih dahulu kepada rakyat. Tidak hanya disaat kampanye saja, tetapi menjadi gaya hidup kita sehari-hari untuk membantu rakyat yang sangat membutuhkan.
Campaign for a lifetime.

Hitung-hitung berbuat baik untuk sesama, mari kita semua memulai gaya hidup berbagi.
Mari mengisi hidup kita dengan membantu orang yang tidak mampu, memberikan pencerahan bagi orang yang membutuhkan pencerahan, membuka jalan keluar bagi orang yang kesusahan, biarlah kita menjadi JAWABAN bagi orang yang sangat membutuhkan.

Sehingga kita pribadi bahkan orang lain mengklaim bahwa hidup kita BERARTI.


Comments

Popular posts from this blog

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*